Dari awal kami diterima menjadi Family Sabang Merauke, kami belum tahu akan mendapat Anak Sabang Merauke (ASM) dari mana. Di form pendaftaran sebelumnya, kami menulis prefer mendapat anak perempuan, lebih karena kami ingin kakak Shafa bisa terlibat banyak dari kegiatan SM ini. Juga karena kami pikir kegiatan SM ini tertujukan untuk anak usia SMP, jadi ya lebih sesuai dengan usia kakak Shafa.
Sewaktu hari orientasi untuk FSM kami baru mengetahui bahwa ASM yang akan tinggal bersama kami adalah Ferdinand Titus, anak TKI asli Flores yang sekarang tinggal di Sabah, Malaysia. Kami mendapatkan informasi bahwa Ferdinand ini bahkan belum pernah menginjakkan kakinya ke bumi pertiwi, tetapi karena memang sekolahnya di sekolah khusus anak TKI, Ferdinand tidak kehilangan rasa ke-Indonesia-annya. Banyak mendengar cerita bagaiman dia bisa terpilih, bagaimana perjalanan berangkat ke Jakarta (juga sewaktu kembali ke Sabah), membuat hati kami terharu biru dengan perjuangannya. Ferdinand, termasuk salah satu anak TKI yang beruntung yang bisa mengenyam pendidikan dibandingkan ribuan anak TKI yang sampai saat ini belum bisa mengenyam bangku pendidikan Walaupun tentunya sekolahnya Ferdinand ini jauh dibandingkan sekolah di Indonesia, bahkan sekolah di Jakarta, semangat belajarnya tak pernah luntur. Oh iya sekolahnya Ferdinand ini merupakan sekolah perbantuan dari Provisieducation yang kantornya ada di Tomang, Jakarta Barat.
ASM yang lainnya tak kalah hebatnya. Kami terutama anak-anak banyak sekali belajar dari ke-10 ASM yang terpilih ini, profilenya mereka bisa dilihat di Pengumuman ASM di web SM ini. Ke-10 ASM ini : Alun, Apipa, Ayul, Zana, Ferdinand, Imam, Isman, Novi, Ayul, Viva terpilih dari Aceh sampai ke Irian Jaya. Mereka rata-rata aktif di kegiatan sekolah seperti OSIS, pemain bola andalan sekolahnya, sepulang sekolah ikutan membantu menjual makanan (Apipa), mengajar mengaji anak-anak (seperti Imam dan Isman), bahkan Ayul dan Iman suka membantu guru SD nya mereka dulu jika ada guru yang berhalangan. Tindakan nyata mereka yang membuat mereka terpilih menjadi ASM yang mengalahkan lebih 200 pendaftar.
10 ASM yang super hebat |
Kami termasuk yang beruntung karena rumah kami pernah ketempatan 3 ASM, yaitu Ferdinand yang memang tinggal di rumah kami, Iswan dari Majene-Sulawesi Barat yang hari pertama tinggal di rumah kami karena FSM-nya berhalangan menjemput serta Imam dari Halmahera Selatan tinggal di rumah kami selama 3 malam karena FSM-nya ke luar kota.
Ferdinand, dengan latar belakang yang agak berbeda dengan ASM lainnya, awal-awalnya Ferdinand termasuk anak yang tertutup. Kami sebagai FSM-nya dan kak Rona sebagai KSM-nya (kak Rona ini juga luar biasa hebatnya) berusaha membuat dia lebih terbuka dan percaya diri. Oh iya selama di rumah kami, Ferdinand sekamar dengan mas Hafiz yang belakangan sangat dekat dengan Ferdinand maupun ASM lainnya.
Ada percakapan Ferdinand dan kak Rona yang saya catat diam-diam, seperti ini :
Q : Kenapa kamu tertarik ikutan program Sabang Merauke ?
Kami dan Ferdinand-Iman di taman Jenggala |
Ada percakapan Ferdinand dan kak Rona yang saya catat diam-diam, seperti ini :
Q : Kenapa kamu tertarik ikutan program Sabang Merauke ?
A : Karena saya ingin mengenal lebih
kebudayaan Indonesia dan mengenal teman-teman dari Sabang sampai Merauke.
Q : Apa yang akan dilakukan Ferdinand
sekembalinya ke Sabah ?
A : Saya akan bercerita ke teman-teman dan
keluarga tentang pengalaman selama 2 minggu.
Q : Apa motto hidup Ferdinand ?
A : Belajar dan bekerja keras untuk
membahagiakan keluarga.
Q : Begitu tahu Ferdinand lolos seleksi,
apa yang ingin ditemui di Jakarta ?
A : Andik, pemain sepak bola favorit saya.
Suatu pagi saat kami antar ke Jenggala (titik point tempat pertemuan tiap pagi dengan tim SM lainnya), kami
melihat deretan tank yang melewati jalan Sudirman, Ferdinand langsung berkata
“Besok kalau saya jadi tentara, saya naik tank itu”. Cita-citany memang menjadi tentara.
SSM Hafiz dan Dimas, bersama ASM Ferdi dan Iswan di GBK |
Iswan, pertama kali di mobil dalam perjalanan ke rumah kami, saat saya tanya apa yang paling diharapkan datang ke Jakarta, jawabannya "melihat monas bu" . #Jleb pertama buat saya karena sampai sekarang anak-anak belum pernah naik ke puncak Monas . Iswan ini sangat peduli kepada pendidikan, dia menginisasi anak-anak di dusunnya untuk membentuk kelompok belajar bersama. Sewaktu ketemu Ahok, ditanya oleh kak Rona, "Iswan pengen menjadi gubernur ya?". Iswan dengan mantap menjawab "Iswan cita-citanya menjadi presiden kak" sambil menepuk-nepuk pundak kak Rona seakan-akan memastikan bahwa cita-cita harus digantungkan setinggi langit.
Iman, untuk menempuh ke SMP-nya tiap pagi dia harus berjalan selama 1,5 jam, juga melewati sungainya. Dia ini kapten kesebelasan bola di sekolahnya. Salah satu cerita yang melekat di hati saya, dia sangat sportif. Kalau ada pertandingan dan suatu saat perlu melakukan pinalti ke gawang lawan, dan dia tahu ada temannya yang belum berkesempatan bermaen, dia akan memberikan kesempatan itu kepada temannya, padahal dia sebagai top scorer yang selalu menjadi andalan timnya. Kerendahan hatinya sungguh menjadikan contoh teladan buat teman-teman lainnya.
Masih cerita tentang Iman, di hari-hari terakhir di tempat FSM-nya terjadi percakapanya dengan ibunya :
FSM : "Iman, mau pergi kemana ?"
Iman: "Ke mall bu"
FSM : "Iman punya uang nak ?"
Iman: "Punya bu, kemaren mamak kasih uang saku ke Iman"
FSM : "Berapa banyak uangnya Iman ?"
Iman: "banyak bu"
FSM : "Iya, banyak itu berapa Iman ?"
Iman : " Ya buayakkkk bu, seratus ribu" <dengan percaya diri sekali>
Iman, untuk menempuh ke SMP-nya tiap pagi dia harus berjalan selama 1,5 jam, juga melewati sungainya. Dia ini kapten kesebelasan bola di sekolahnya. Salah satu cerita yang melekat di hati saya, dia sangat sportif. Kalau ada pertandingan dan suatu saat perlu melakukan pinalti ke gawang lawan, dan dia tahu ada temannya yang belum berkesempatan bermaen, dia akan memberikan kesempatan itu kepada temannya, padahal dia sebagai top scorer yang selalu menjadi andalan timnya. Kerendahan hatinya sungguh menjadikan contoh teladan buat teman-teman lainnya.
Masih cerita tentang Iman, di hari-hari terakhir di tempat FSM-nya terjadi percakapanya dengan ibunya :
FSM : "Iman, mau pergi kemana ?"
Iman: "Ke mall bu"
FSM : "Iman punya uang nak ?"
Iman: "Punya bu, kemaren mamak kasih uang saku ke Iman"
FSM : "Berapa banyak uangnya Iman ?"
Iman: "banyak bu"
FSM : "Iya, banyak itu berapa Iman ?"
Iman : " Ya buayakkkk bu, seratus ribu" <dengan percaya diri sekali>
FSM : <speechles, betapa uang seratus ribu bisa membuat seorang bu Agnes berkaca-kaca >
Ada juga Novi, asal Denpasar yang ingin sekali melihat syuting Dasyat. Atau Ayul dari HalSel yang ingin merasakan naik lift. Apipa dari Kapuas Hulu-KalBar yang baru tahu ada makanan pempek dan mie ayam. Keinginan-keinginan sederhana ini rasanya menampar kita (eh kami dink) yang rasanya punya keinginan tak ada hentinya Rasanya banyak #jleb menjadi FSM kemaren itu
Banyak pelajaran yang kami dapatkan dari 10 ASM ini, insyaAllah semoga mereka semua bisa mengambil pelajaran juga dari kegiatan SM ini, aamiin.
Ada juga Novi, asal Denpasar yang ingin sekali melihat syuting Dasyat. Atau Ayul dari HalSel yang ingin merasakan naik lift. Apipa dari Kapuas Hulu-KalBar yang baru tahu ada makanan pempek dan mie ayam. Keinginan-keinginan sederhana ini rasanya menampar kita (eh kami dink) yang rasanya punya keinginan tak ada hentinya Rasanya banyak #jleb menjadi FSM kemaren itu
Banyak pelajaran yang kami dapatkan dari 10 ASM ini, insyaAllah semoga mereka semua bisa mengambil pelajaran juga dari kegiatan SM ini, aamiin.
0 comments:
Post a Comment