Sudah banyak cerita tentang Sabang Merauke, sekarang ingin menulis apa saja hikmah yang kami dapatkan selama menjadi FSM. Banyak sekali pembelajaran hidup yang kami dapatkan selama menjadi FSM, tak henti-hentinya kami bersyukur bisa menjadi Keluarga Besar Sabang Merauke.
Dari rasa deg-degan di awal pertemuan dengan ASM, sampai rasa mengharu biru saat harus melepas mereka kembali ke daerahnya masing-masing. Hal pertama yang kami rasakan adalah, persaudaran antar FSM yang sangat kuat, rasanya kami sudah kenal lama dengan ke-10 FSM yang terpilih. Apalagi begitu group di whatsapp terbentuk, rasanya segala chat yang serius sampai yang tak tentu rimbanya selalu membuat rasa rindu untuk bertemu (aihhh, bak seperti dengan siapa aja ya ? ). Apalagi dengan kakak-kakak founder (kak Ayu, kak Wiwi, kak Chiro) dan kakak perumus (kak Tidar, kak Furi, kak Putri, kak Meiske, kak Jordan) yang sangat luar biasa hebatnya, pepatah seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk sangatlah tepat mengambarkan kakak-kakak hebat dibalik terwujudnya Sabang Merauke ini, kakak-kakak yang sangat humble dan down to earth sangat .
"Kamu jangan putus sekolah ya Ferdi"
Hari Senin pagi, begitu bangun untuk sahur dia langsung tanya "Imam sudah sampai rumahnya belum bun?". Senin siang sepulangnya sekolah dia telp saya dan bercerita hari pertamanya masuk sekolah. Sewaktu saya cerita kalau Ferdi sudah sampai rumahnya dan no HP nya sudah ganti nomer Sabah, Hafiz bertanya "ga mahal kan bun kalau buat sms ke bunda?" Oh my boy, sungguh kami sama-sama banyak belajar dari SM ini. Perjumpaan tiap hari dengan kakak2 di ASM sungguh membekas di hati Hafiz. Semoga pembelajaran hidup baik senang maupun kesedihan yang Hafiz rasakan ini bisa membuat dia lebih tangguh seperti kakak2 ASM, juga kakak2 perumus yg super ini. Aamiin.
Semoga ke depannya program Sabang Merauke semakin berkembang lagi dan kami masih bisa ikut berkontribusi di dalamnya. Semoga 10 ASM bisa mewujudkan cita-cita mereka dan menjadi penerus bangsa yang mumpuni. Terimakasih Sabang Merauke, terlalu banyak pelajaran yang kami terima, we love u all
Dari rasa deg-degan di awal pertemuan dengan ASM, sampai rasa mengharu biru saat harus melepas mereka kembali ke daerahnya masing-masing. Hal pertama yang kami rasakan adalah, persaudaran antar FSM yang sangat kuat, rasanya kami sudah kenal lama dengan ke-10 FSM yang terpilih. Apalagi begitu group di whatsapp terbentuk, rasanya segala chat yang serius sampai yang tak tentu rimbanya selalu membuat rasa rindu untuk bertemu (aihhh, bak seperti dengan siapa aja ya ? ). Apalagi dengan kakak-kakak founder (kak Ayu, kak Wiwi, kak Chiro) dan kakak perumus (kak Tidar, kak Furi, kak Putri, kak Meiske, kak Jordan) yang sangat luar biasa hebatnya, pepatah seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk sangatlah tepat mengambarkan kakak-kakak hebat dibalik terwujudnya Sabang Merauke ini, kakak-kakak yang sangat humble dan down to earth sangat .
Keluarga besar FSM di hari de-orientasi |
Hal pertama yang membekas tentang FSM ini sewaktu di acara orientasi untuk FSM, rasanya kog kami sudah kenal lama, dan merasa sejalan dengan keikutansertaan kami di program SM ini. Kemudian hari Minggu sewaktu pak Dono sekeluarga menjemput Iswan di rumah kami, kami bisa mengobrol laksana teman lama, bahkan bu Nina membawakan kami buah tangan . Hafiz pun bisa langsung akrab dengan Dimas, putara pak Dono dan bu Nina ini.
Kemudian hari Senin-nya, bu Agnes menelpon saya memastikan kami mau di'tumpangi' ASM Iman selama beliau ada acara ke Malang. Bu Agnes menelpon saya seperti layaknya teman lama sampai ujung-ujungnya bu Agnes berjanji membawakan oleh-oleh khas Malang. Dan itu benar-benar terjadi, oleh-oleh tsb sampai diantarkan sendiri oleh bu Agnes ke kantor suami. Duh, saya membatin baik sekali beliau sekeluarga ini dan bersyukur sekali, belum apa-apa kami sudah mendapat saudara sesama FSM .
Lain cerita dengan apa yang terjadi dengan kakak Shafa dan mas Hafiz. Jujur dulu salah satu alasan kami ikutan mendaftar FSM lebih untuk kepentingan anak-anak. Kami ingin anak-anak bisa lebih merasakan 3 kunci yang diajarkan di SM ini. Kakak Shafa yang awalnya tidak begitu antusias begitu hari orientasi menjadi antusias sekali. Beberapa kali ikutan kegiatan SM, dia berbaur menjadi akrab dengan ASM, KSM dan para kakak volunter. Suatu hari pulang kegiatan kakak berkata "bun, nanti aku mau ikutan jadi volunter-volunter gitu ya ?". Alhamdulillah, saya tak henti-hentinya bersyukur. Lebih bersyukur lagi sewaktu kak Rona mengajak baksos di daerah Tangerang setelah seminggu kegiatan berlangsung, kakak Shafa langsung menyanggupinya. Subhanallah, padahal harus menunggu waktu keberangkatan lama di Balai Kartini dengan kak Rona, dan sampai rumahpun sudah larut malam.
Hari pertama masuk di SMP, pulang sekolah, kakak Shafa langsung ceria bercerita "bun, aku mau ikutan kegiatan OSIS dan seleksi homestay ya ?". Alhamdulillah.
Lain cerita dengan mas Hafiz, apa yang terjadi setelah dia mengikuti 2 minggu full kegiatan SM sungguh di luar dugaan kami. Oh iya, usianya dengan Ferdi terpaut 4 tahun, begitu juga dengan ASM lainnya, tapi Hafiz bisa berbaur tiap hari mengikuti kegiatan SM. Bahkan Hafiz yang 'ngemong' ke Ferdi. Hafiz berusaha membuat Ferdi nyaman di rumah, juga membuat Ferdi untuk lebih percaya diri. Di rumah, Hafiz selalu berusaha memastikan semua kebutuhan Ferdi terjamin .
Yang di luar dugaan kami, sewaktu hari Sabtu, 13 Juli hari de-orientasi, di akhir acara tiap FSM dikumpulkan dengan ASM dan KSM-nya beserta 1 pendamping dari kakak perumus, kami diminta mengemukan apa yang kami rasakan satu sama lain dan diakhiri dengan kata-kata perpisahan. Sewaktu Hafiz memeluk Ferdinand, Hafiz menangis tersedu-sedu sampai di akhir acara. Oh my boy, saya coba peluk Hafiz setelahnya, dia masih tersedu-sedu Merasa kehilangan sekali dengan Ferdinand.
Alhamdulillah malamnya, di farewell dinner sekalian buka puasa, Hafiz sudah bisa mengendalikan dirinya. Gantian bundanya yang mengharu biru, apalagi saat kak Ayu berpidato, mendengarkan wejangan pak Anies Baswedan sampai saat semua FSM dipanggil ke depan untuk mengucapkan sepatah dua patah. Dua minggu menyisakan banyak kenangan buat kami semua. Rasanya semua yang hadir malam itu, bisa merasakan hal yang sama bahwa kekeluargaan telah terikat di antara kami semua.
Hari Minggu, 14 Juli semua ASM kembali ke daerahnya masing-masing. Sayang kami tidak bisa mengantar karena pesawat Ferdinand berangkat paling pagi sekitar jam 06:50. Menyaksikan photo-photo perpisahan ASM di bandara, sanggup membuat air mata saya mengalir terus sepanjang hari itu. Apalagi melihat dedikasi kakak-kakak perumus dan semua volunter yang setia menunggu kepulangan ASM sampai terakhir kalinya di malam harinya. Semoga Allah membalas semua kebaikan ini, aamiin.
Hari Minggu itu, sepulangnya Ferdinand, pagi-pagi saya memergoki Hafiz menangis di kamarnya setelah melihat photo-photo selama kegiatan SM dipajang di mejanya. Oh my boy, Hafiz menangis kecuali karena berat berpisah terutama dengan Ferdinand, Iman dan Iswan, juga merasa khawatir Ferdinand tidak bisa melanjutkan sekolahnya lagi. Hal kedua diluar dugaan kami. Diajak ngobrol ayahnya, dia mulai berhenti sesengukan dan minta beli kaos bola untuk
dikirim ke Ferdi, Imam dan Iswan.
Hari Minggu siang itu sampai malam, kami beberapa kali telp Ferdinand, Hafiz juga ikutan telp, hal yg ditanyain Hafiz :
#Ferdinand sampai Balikpapan
"kamu gimana tadi di pesawat ?"
"Kopernya bisa masuk kan?"
#Ferdinand sampai Tarakan
"Kopernya ketemu ferdi?"
"Sudah ketemu guru kamu?"
#Ferdinand di penginapan (malamnya)
"Kamu bisa buka kopernya Ferdi?" (Krn koper pake kunci angka kombinasi)
"Sudah ya istirahat saja"
"Besok klo sampai sms ya, jangan tlp soale mahal, nanti bunda yg tlp"Kemudian hari Senin-nya, bu Agnes menelpon saya memastikan kami mau di'tumpangi' ASM Iman selama beliau ada acara ke Malang. Bu Agnes menelpon saya seperti layaknya teman lama sampai ujung-ujungnya bu Agnes berjanji membawakan oleh-oleh khas Malang. Dan itu benar-benar terjadi, oleh-oleh tsb sampai diantarkan sendiri oleh bu Agnes ke kantor suami. Duh, saya membatin baik sekali beliau sekeluarga ini dan bersyukur sekali, belum apa-apa kami sudah mendapat saudara sesama FSM .
Lain cerita dengan apa yang terjadi dengan kakak Shafa dan mas Hafiz. Jujur dulu salah satu alasan kami ikutan mendaftar FSM lebih untuk kepentingan anak-anak. Kami ingin anak-anak bisa lebih merasakan 3 kunci yang diajarkan di SM ini. Kakak Shafa yang awalnya tidak begitu antusias begitu hari orientasi menjadi antusias sekali. Beberapa kali ikutan kegiatan SM, dia berbaur menjadi akrab dengan ASM, KSM dan para kakak volunter. Suatu hari pulang kegiatan kakak berkata "bun, nanti aku mau ikutan jadi volunter-volunter gitu ya ?". Alhamdulillah, saya tak henti-hentinya bersyukur. Lebih bersyukur lagi sewaktu kak Rona mengajak baksos di daerah Tangerang setelah seminggu kegiatan berlangsung, kakak Shafa langsung menyanggupinya. Subhanallah, padahal harus menunggu waktu keberangkatan lama di Balai Kartini dengan kak Rona, dan sampai rumahpun sudah larut malam.
Hari pertama masuk di SMP, pulang sekolah, kakak Shafa langsung ceria bercerita "bun, aku mau ikutan kegiatan OSIS dan seleksi homestay ya ?". Alhamdulillah.
kakak Shafa dengan Zana dan Vila |
Hafiz dan Ferdinand, SSM dan ASM yang sudah seperti saudara |
ASM Iswan, Iman dan Ferdinand |
kak Rona bersama Hafiz, Ferdi, Iman dan Collin |
Hari Minggu, 14 Juli semua ASM kembali ke daerahnya masing-masing. Sayang kami tidak bisa mengantar karena pesawat Ferdinand berangkat paling pagi sekitar jam 06:50. Menyaksikan photo-photo perpisahan ASM di bandara, sanggup membuat air mata saya mengalir terus sepanjang hari itu. Apalagi melihat dedikasi kakak-kakak perumus dan semua volunter yang setia menunggu kepulangan ASM sampai terakhir kalinya di malam harinya. Semoga Allah membalas semua kebaikan ini, aamiin.
meja belajar Hafiz sekarang |
Hari Minggu siang itu sampai malam, kami beberapa kali telp Ferdinand, Hafiz juga ikutan telp, hal yg ditanyain Hafiz :
#Ferdinand sampai Balikpapan
"kamu gimana tadi di pesawat ?"
"Kopernya bisa masuk kan?"
#Ferdinand sampai Tarakan
"Kopernya ketemu ferdi?"
"Sudah ketemu guru kamu?"
#Ferdinand di penginapan (malamnya)
"Kamu bisa buka kopernya Ferdi?" (Krn koper pake kunci angka kombinasi)
"Kamu jangan putus sekolah ya Ferdi"
Bundanya langsung mewek lagi dengar kata Hafiz yg terakhir. Sebelumnya sms juga menulis
kata-kata yang sama
Minggu siang kami jadi beli 3 kaos buat dikirim ke Ferdi, Imam dan Iswan.
Sampai rumah kami kira dia tidur, ternyata Hafiz sesengukan lagi di kamarnya. Diajak
ngobrol lagi, berujung dia minta ijin malamnya tidur di kamar ayah bundanya.
Mungkin tidur di kamarnya masih membuatnya sedih. Minggu malam, Hafiz sms dan telp ferdinand. Dan tertulis dan terucaplah kata2 "Ferdi,
kamu jangan putus sekolah" itu tadi. Padahal di sms/telp, jawaban Ferdi "iya
iya iya" saja hehehe.
Hari Senin pagi, begitu bangun untuk sahur dia langsung tanya "Imam sudah sampai rumahnya belum bun?". Senin siang sepulangnya sekolah dia telp saya dan bercerita hari pertamanya masuk sekolah. Sewaktu saya cerita kalau Ferdi sudah sampai rumahnya dan no HP nya sudah ganti nomer Sabah, Hafiz bertanya "ga mahal kan bun kalau buat sms ke bunda?" Oh my boy, sungguh kami sama-sama banyak belajar dari SM ini. Perjumpaan tiap hari dengan kakak2 di ASM sungguh membekas di hati Hafiz. Semoga pembelajaran hidup baik senang maupun kesedihan yang Hafiz rasakan ini bisa membuat dia lebih tangguh seperti kakak2 ASM, juga kakak2 perumus yg super ini. Aamiin.
Keluarga Besar Sabang Merauke |
2 comments:
Adduuuhh, mas Hafiz..., jadi ikut mewek ini tantenya... :-(, tapi seneng baca ceritanya..,
btw, Ayra kemarin ikut test utk jadi anggota Osis sekolah..., aku dan ayahnya dorong dia utk ikutan itu..semampunya tentu, karena dulu jaman sekolah aku memilih tidak ikutan organinsasi ini-itu, kecuali ikutan exkul, ayahnya dulu Osis. ternyata dia nggak lulus, aku bilang..ikut lagi thn depan.., atau pas masa SMA, dan ternyata dia masih menyimpan penasaran soal Osis.. ;-)
biar telat asal selamat komennya hihihi ...
thanks tante manya ...
gutlak ya utk OSIS nya abang Ayra, skr Shafa udh resmi masuk pengurus OSIS may ;-)
Post a Comment