Berawal dari twitter
@SabangMeraukeID di bulan April membawa saya ke webnya Sabang Merauke.
Langsung saya jatuh cinta kepada programnya Sabang
Merauke (SM) ini. Apalagi kebanyakan founder dan timnya adalah kakak-kakak muda
yang hebat dari Indonesia Mengajar. Ya, saya memang mengagumi kiprah kakak-kakak muda ini, sungguh dengan segala kiprah dan kegiatan mereka selama ini, lahirnya
Sabang Merauke semakin membuktikan kakak-kakak hebat ini mau lebih memikirkan negeri tercintanya ini.
SabangMerauke adalah program pertukaran pelajar
antar daerah di Indonesia dengan tujuan membuka cakrawala anak-anak Indonesia
dan menanamkan nilai toleransi pada ke-bhineka-an Sabang Merauke. Saya menjadi mengerti juga
mereka sedang mencari Anak Sabang Merauke (ASM), Kakak Sabang Merauke (KSM) dan
Family Sabang Merauke (FSM).
Saya langsung diskusi dan
minta ijin ke suami untuk mendaftar menjadi FSM. Tidak mungkin saya mendaftar
sebagai KSM atau mendaftarkan anak-anak sebagai ASM kan ya ? . Salah satu
syaratnya tinggal di Jakarta dan seputaran Jabotabek. Kami sempat berpikir,
kalau dilihat dari sisi lokasi, sebenarnya agak pesimis juga karena pastinya
lokasi Jakarta yang mungkin lebih dipertimbangkan. But the show must go on kan
? so, bismillah kami memutuskan mendaftar sebagai FSM.
Gambar dari web SM.
Alasan utama kami tertarik mendaftar adalah, program SM misi visinya sangat jelas, bahkan di webnya sangat transparansi mengenai berapa beaya yang diperlukan dalam program ini. Kapan lagi kami bisa ikut turun tangan buat bumi Pertiwi kan ya ? Rasanya sudah lebih lama kami tinggal di bumi pertiwi ini, masih jauh sedikit yang kami perbuat dibandingkan kakak-kakak yang hebat ini. Alasan lainnya, kami yakin dengan mengikuti FSM ini justru kami yang akan mendapat banyak pelajaran darinya, terutama buat anak-anak. Di pelajaran PPKN, Hafiz (terutama) sering bertanya apa itu toleransi, apa itu keberagaman budaya yang ada di Indonesia, apa itu bhineka tunggal ika, dan sejarah Indonesia lainnya. Juga banyak pelajaran (hafalan) yang harus dia pahami. Dan kami sangat setuju dengan slogannya SM ini, bahwa toleransi tidak cukup hanya dipelajari, tapi juga harus dirasakan dan dialami. Kami berharap dengan mengikuti program ini, anak-anak makin memahami apa itu toleransi, makin memahami bahwa masih banyak anak-anak yang tinggal jauh dari mereka mempunyai potensi yang tidak kalah dengan anak-anak kota, juga makin bisa mensyukuri dengan apa yang mereka telah peroleh sampai detik ini. Tentunya akan lebih banyak lagi pelajaran hidup yang akan kami dapatkan lewat program ini.
Setelah mendaftar, kami
mendaftar konfirmasi bahwa kami lolos secara administrasi dan akan dilakukan
home visit oleh panitia. Di waktu yang telah kami sepakati, kak Tidar datang ke
rumah kami di suatu Minggu sore. Awalnya kecuali akan diwawancari, panitia akan
mengecek apakah rumah kami layak dijadikan FSM hehehe. Ternyata tidak loh, kak
Tidar hanya mengajak mengobrol dengan kami. Tentunya kami kenalkan juga kepada
anak-anak kami. Sebenarnya sewaktu di-visit kak Tidar itu, kami yang justru
lebih banyak terinspirasi oleh cerita-cerita kak Tidar. Bagaimana SM terbentuk,
sampai pengalaman kak Tidar dulu sewaktu menjadi Pengajar Muda (PM).
Kira-kira sebulan
setelahnya, kami diinformasikan panitia (kak Ayu) via email bahwa kami terpilih
menjadi 1 dari 10 FSM. Alhamdulillah. Terimakasih banyak kepercayaan yang telah
diberikan kepada kami, sungguh kami sangat bahagia dan senang bisa terlibat di
program SM ini. Kami yakin akan banyak pelajaran yang bisa kami petik selama
program SM ini.
Bismillah, we are here now
…… ASM sudah berada di rumah kami sejak Sabtu, 29 Juni kemaren, insyaAllah akan
bercerita lebih banyak lagi tentang SM ini.
0 comments:
Post a Comment