skip to main | skip to sidebar

Author

My Photo
~Bunda ShaHaRee~
Menulis apa-apa yang ingin dan perlu dicatat, teruntuk ke-3 matahari kami, semoga bisa diambil manfaatnya, aamiin
View my complete profile

Fav Links

  • Our Great Journey
  • Pramuka PGDA

Archive

  • ► 2014 (7)
    • ► June (4)
    • ► May (1)
    • ► March (1)
    • ► January (1)
  • ► 2013 (15)
    • ► September (1)
    • ► August (1)
    • ► July (5)
    • ► April (1)
    • ► February (5)
    • ► January (2)
  • ▼ 2012 (15)
    • ► December (4)
    • ▼ October (3)
      • Zumi zumi zumi
      • 2,5 Tahun
      • Di Dieng, Hati Kami Tertambat
    • ► September (3)
    • ► June (1)
    • ► May (4)
  • ► 2011 (4)
    • ► February (1)
    • ► January (3)
  • ► 2010 (13)
    • ► December (5)
    • ► November (8)
  • ► 2007 (45)
    • ► December (1)
    • ► October (1)
    • ► September (1)
    • ► August (3)
    • ► July (4)
    • ► June (3)
    • ► May (7)
    • ► April (5)
    • ► March (8)
    • ► February (7)
    • ► January (5)
  • ► 2006 (70)
    • ► December (8)
    • ► November (5)
    • ► October (5)
    • ► September (7)
    • ► August (3)
    • ► July (5)
    • ► June (6)
    • ► May (6)
    • ► April (7)
    • ► March (7)
    • ► February (4)
    • ► January (7)
  • ► 2005 (82)
    • ► December (6)
    • ► November (6)
    • ► October (6)
    • ► September (2)
    • ► August (9)
    • ► July (7)
    • ► June (9)
    • ► May (15)
    • ► April (9)
    • ► March (12)
    • ► February (1)

Our Blogger Templates

Happy Spring

Merajut Cinta dan Cerita

Di Dieng, Hati Kami Tertambat

Oct 3, 2012



Seperti posting new place new experience, pulang Lebaran kemaren kami berkesempatan mampir ke Dieng. Keindahan Dieng, sering kami dengar dan baca. Dan mendatanginya sendiri, sungguh membuat hati kami tertambat disana>:D<
 
Dieng adalah kawasan dataran tinggi yang terletak di Jawa Tengah, masuk ke wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kawasan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Seperti biasa kami melakukan survey tempat wisata yang akan kami tuju, juga tempat penginapannya. Dari beberapa hotel yang ada di Wonosobo, rekomendasi paling banyak adalah hotel Surya dan hotel Kresna (hotel ini sudah lama berdirinya, konon Charlie Chaplin-pun pernah menginap disini).
Tapi akhirnya kami justru memilih penginapan/homestay saja, tidak sengaja kami menemukan homestay Pondok Bambu SendangSari di agoda.com, yang terletak 7km dari Wonosobo ke arah Dieng. Setelah melihat webnya, menelpon pemiliknya, kami memutuskan nantinya menginap disana.

Pada hari H-nya, kami berangkat dari Jogja (sebelumnya sudah menginap di Jogja), menuju Magelang, Temanggung dan Wonosobo. Di Wonosobo kami sempat membeli makan siang dan melihat sekitaran alun-alun. Jalan penunjuk ke arah Dieng mudah ditemukan. Perjalanan ke Dieng kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Jalan menanjak dan berliku-liku menjadi tidak terasa dengan pemandangan alam yang terhampar di depan mata. Dieng yang dikelilingi Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing membuat wilayahnya subur, cocok untuk bertanam. Tanaman sayuran (kebanyakan kubis, wortel, buah Carica) dikanan-kiri tebing, menambah keindahan menuju Dieng. Sekitar perjalanan 1jam kami sampai di pusat pariwisata di Dieng.

Beberapa lokasi wisata yang inginnya kami kunjungi adalah candi Arjuna, kawah Sikidang, telaga warna, sampai mengejar sunrise di bukit Sikunir. Info lengkap bisa dilihat di Wisata Dieng atau Pesona Dieng. Karena hari sudah menjelang sore, siang itu kami hanya mengunjungi candi Arjuna dan kawah Sikidang.

Candi Dieng, Warisan Maha Karya Abad ke 7 Dari Dinasti Sanjaya ini masih bisa anda nikmati kemegahannya di Dataran Tinggi Dieng. Dulu, hampir sebanyak 400 candi pernah berdiri di tempat yang dijuluki negeri para Dewa ini sehingga Dieng kumpulan Candi Di Dieng di sebut juga sebagai Kompleks Candi Hindu Jawa.
Berdasarkan Prasasti yang ditemukan di situs Dieng, Candi-candi tersebut diperkirakan didirikan pada abad ke VIII- abad ke XIII masehi, sebagai wujud kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa(istri Syiwa). Copas dari Pesona Dieng.


Di Candi Arjuna


Di sini kecuali melihat candi, juga puas untuk berlarian di rerumputan, berloncat-loncatan dan berphoto-ria :. Panas matahari yang tidak begitu menyengat, udara dingin yang berhembus, membuat kami malas beranjak dari reremputan di samping candinya. Sungguh, nikmat mana yang mesti kami dustakan lagi ?

Dari candi Arjuna, kami menuju ke kawah Sikidang, kawah yang berisi belerang seperti halnya di Tangkuban Perahu. Hanya saja kami tidak turun dari mobil, kecuali situasinya yang penuh, anak-anak juga mulai kecapekan.

Seharusnya kami menuju ke Telaga Warna, cuma kami skip dulu untuk menuju ke penginapan kami. Awalnya kami kira homestay yang kami booking letaknya di sekitar tempat wisata Dieng ini, ternyata lebih dekat ke arah kota Wonosobo-nya, sehingga kami balik arah turun menuju ke lokasi penginapan kami. 


Kami perlu menelpon 2x ke pemilik homestay-nya untuk menemukan lokasinya. Memang tidak ada papan petunjuk ke arah homestay-nya. Tapi dengan bertanya ke orang-orang lokasi desa SendangSari sebenarnya juga mudah ditemukan. Dan lokasinya memang menyendiri, setelah melewati perkampungan SendangSari ini. Perlu diingat, jalan menuju homestay SendangSari ini hanya cukup dilewati 1 mobil saja. Dari 3 rumah yang ada, cuma kami yang ada saat kami sampai. Pemiliknya adalah seorang suami istri yang sudah pensiun, dan menikmati masa tuanya di desa. Awalnya berasa sekali sepinya homestay-nya itu, cuma karena kami datang sudah sore, dan hanya perlu untuk tidur, ya situasinya dinikmatin saja. Belakangan malah kami merasa enjoy dan nyaman tinggal disana, sepertinya keramahan pemiliknya dan anaknya, sungguh membuat kami betah tinggal disana.

Homestay Pondok Bambu, Sendangsari

Malam harinya kami sempat turun ke kota Wonosobo untuk mencari makan malam. Akhirnya kami menemukan warung Mie Ongklok yang terkenal itu. Anak-anak sih tidak begitu suka, kalau ayah bundanya lahap-lahap saja :P , apalagi dengan tempe goreng dan minuman hangat. Tambah sedap waktu membayarnya, sangat murah sekali untuk ukuran orang Jakarta hehehe, Alhamdulillah.

Pagi harinya kami mendapat breakfast dari homestay-nya, hanya teh hangat yang ditaruh di teko tanah, plus nasi goreng lauk telur teplok dan krupuk, tetapi rasanya nikmat sekali. Apalagi kami sempat mengobrol dengan pemiliknya. Konon homestay ini dibangun oleh anak pertama beliau yang seorang arsitek, salah satu tujuannya ya untuk berkumpul kalau anak-anak mereka pulang kampong semua. Sungguh ini menginspirasi kami untuk melakukan hal yang sama ;)

Oh iya, sebenarnya kami berencana melihat sunset di bukit Sikunir. Sayang anak-anak tidak ada yang mau bangun saat sebelum Subuh kami bangunin. Udara dingin dan memang kondisi yang sebelumnya kecapekan membuat akhirnya kami mengurungkan diri mengejar sunrise seperti di Bromo dulu . Pertanda kami harus balik lagi ke Dieng suatu saat nanti, aamiin.

Setelah sarapan, kami check out dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Rencana awal kami akan mampir ke rumah asisten kami yang sudah 6 th bekerja di rumah kami, yang rumahnya di Pekalongan. Melihat peta dan mempelajarinya sebelum kami mudik, kami melihat memang dari Dieng bisa menembus kampong tempat asisten kami tinggal di Pekalongan. Sebelumnya kami mampir ke Telaga Warna terlebih dahulu. Dinamakan telaga warna, memang air dari telaga yang terlihat berwarna warni seperti warna pelangi. 

 Telaga Warna, Dieng

Dari telaga Warna, kami melanjutkan ke arah Pekalongan. Map di smart phone, juga GPS sudah dipasang. Sepanjang perjalanan meninggalkan Dieng tsb, subhanallah, sungguh pemandangan yang luar biasa indahnya yang kami lewati. Kanan kiri jalan lukisan hijau dari Sang Maha Pencipta membuat kami tak lepasnya bersyukur. Perkebunan petani di lereng-lereng bukit, sawah yang mulai menguning, jalanan yang berkelok, pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi, angin dingin menerpa kami (sengaja AC mobil tidak dinyalakan selama di lokasi yang hijau ini) sampai desa yang terlihat di bawah (sewaktu jalanan ada diatasnya), sungguh membuat hati kami tertambat akan keindahannya.

Keindahan Dieng yang membuat hati tertambat disana

Makin lama jalan yang kami lalui makin tidak beraspal, setelah jarang ketemu kendaraan lain, dan juga perkampungan jarang kami temukan, kami baru sadar bahwa kami ‘tersesat’. ‘Tersesat’ yang sungguh tidak membuat kami kesal, justru bersyukur karena bisa menikmati keindahan alam yang luar biasa indahnya. Kalau digambarkan, keindahannya itu seperti hanya ad adi photo atau lukisan saja, tapi bedanya sekarang sungguhan di depan mata kami.

Sebenarnya jalan yang kami tuju itu sesuai dengan petunjuk GPS, dan setelah kami bertanya memang bisa jalan tsb menuju ke Pekalongan, tapi memang jalanannya belum beraspal dan jarang kendaraan lewat sana (jadi ingat kulwit baik dan benar Akhirnya kami memutuskan memutar balik melalui jalan umum :P.



Dari perjalanan ini, sungguh kami sangat bersyukur memutuskan mengunjungi Dieng, pemandangan yang sangat indah, penduduk yang ramah, makanan yang berlimpah (hehehe), membuat hati kami tertambat di Dieng, kami berencana suatu saat akan kembali lagi. Bahkan ayahnya anak-anak sempat berkelakar “Bun, kita besok kalau pensiun tinggal di Dieng aja yuk”. Aamiin [-O<

Posted by ~Bunda ShaHaRee~ at 10/03/2012 11:48:00 PM  

Labels: Dieng, Liburan, travelling

4 comments:

Bunda Shofia said...

kapan2 insyaAlloh mo ke dieng juga ah..judul postingannya so sweet Bunda..

Nov 7, 2012, 10:17:00 PM  
Neni Damajanti said...

Bisa kami minta no telepon Pondok Bamboo Sendangsari, Bunda? Tampaknya kami akan menginap juga di sana akhir pekan ini. Terima kasih banyak infonya....

Jan 20, 2013, 9:55:00 AM  
Dyah Oktavia said...

Harga penginapan disana berapa ya bu? Satu kamar untuk berapa orang? Mohon informasinya. Terima kasih :)

Dec 11, 2014, 8:48:00 PM  
Unknown said...

Thanks udh share, tempat nya bagus2 bgt ^^
Download film gratis
Download film online

Feb 12, 2016, 3:03:00 AM  

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod